Pak Darto adalah seorang tukang becak tua di kampungnya. Setiap hari ia mengayuh becaknya berkeliling kota, mengangkut penumpang yang kadang datang, kadang tidak. Kehidupannya sederhana, cukup untuk makan sehari-hari. Namun, semakin tua, tubuhnya semakin lelah, dan pendapatannya pun tak lagi menentu.
Pada suatu malam, ketika Pak Darto pulang setelah seharian menarik becak tanpa mendapatkan penumpang, perutnya keroncongan. Ia membuka tempat nasi di rumahnya, tapi hanya menemukan sedikit nasi sisa dari kemarin. Nasinya sudah agak kering dan keras, namun ia tetap memanaskannya dengan sedikit air, agar bisa dimakan.
Sambil menunggu nasi itu hangat, pikirannya melayang. “Rezeki kok makin seret ya. Andai besok ada keberuntungan,” gumamnya pelan. Ia hanya bisa pasrah pada keadaan.
Ketika nasi itu siap dimakan, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Pak Darto terkejut, siapa yang datang malam-malam? Ketika pintu dibuka, ternyata seorang ibu tua yang tak ia kenal berdiri di sana.
“Maaf, Pak, saya cuma seorang pengembara. Saya lapar sekali, apakah Bapak punya sedikit makanan untuk saya?” kata ibu itu dengan suara lembut, tapi penuh harap.
Pak Darto terdiam sejenak, melihat piring berisi nasi sisa di mejanya. Itu satu-satunya makanan yang ia punya untuk malam itu. Namun, hatinya tidak tega. "Nasi ini memang sedikit, tapi kalau ibu tidak keberatan, mari kita bagi dua," jawab Pak Darto dengan senyum kecil.
Ibu tua itu tersenyum bahagia. Mereka duduk bersama di lantai dan makan nasi sisa itu tanpa banyak bicara. Setelah selesai, ibu tua itu menatap Pak Darto dengan mata berbinar.
“Terima kasih, Pak. Rezeki yang Bapak bagikan hari ini tak akan sia-sia. Besok, lihatlah sendiri, rezeki Bapak akan datang dengan cara yang tak terduga,” ucap ibu itu sebelum pergi, meninggalkan Pak Darto dalam kebingungan.
Keesokan harinya, seperti biasa, Pak Darto keluar menarik becak. Tapi hari itu, berbeda dari biasanya. Penumpang demi penumpang terus datang, sampai becaknya penuh dan ia hampir tak punya waktu istirahat. Bahkan seorang dermawan memberinya uang lebih sebagai tanda terima kasih.
Dalam sehari, pendapatan Pak Darto lebih banyak daripada yang pernah ia dapatkan sebelumnya. Ia teringat perkataan ibu tua malam itu dan menyadari, rezeki memang datang dari arah yang tak terduga, apalagi ketika kita ikhlas berbagi.